top of page

Ms. Rini's Happy Story

OVERCOMING SADNESS

28 hari kembali menemukan diri

Tadinya malu untuk berbagi cerita kebahagiaanku hari ini, tetapi saya ingat pesan yang 'jleb' buat saya di hari 'kelulusan' Mbak Indi.

 

"Buang rasa malumu, ingat bahwa kamu melakukannya untuk kebaikan dan kebahagiaan orang lain".

Hari ini Allah memberi saya pengalaman yang indah dan luar biasa. Tetapi sebelum saya share tentang hari ini, saya ada sedikit cerita waktu ikut LEM pertama kalinya minggu lalu. Saat masuk ke vibrasi 4, saya tiba-tiba tersadar betapa saya struggle saat 'sekadar' diminta untuk menerima senyum Mas Tiar. Butuh perjuangan untuk tidak memalingkan wajah saya saat Mas Tiar mengajak senyum. Saya kaget sendiri, berarti saya punya PR untuk belajar menerima cinta tulus dari orang lain.

Kembali ke latihan hari ini, awalnya saya berencana ingin mencoba latihan di Tahura, terbayang segarnya latihan di alam segar. Tapi sejak semalam tulang punggung sakit sekali hingga sulit menggerakkan tubuh. Akhirnya saya latihan di rumah. Alhamdulillah latihan terasa nyaman dari awal, namun ketika akan masuk ke vibrasi ke 4, saya merasa haus sekali. Saya pun membuka mata, dan di dinding saya lihat foto-foto keluarga yang selama ini pun sudah tergantung di sana, namun hari ini terasa begitu berbeda. Almarhum Papa, Mama, dan Adik saya tersenyum dan menatap saya dengan penuh cinta. Dalam sekali. Saya tiba-tiba tersentuh, saya rasakan cinta tulus mereka tanpa pamrih pada saya. Tanpa bisa ditahan, saya pun menangis.

Saya dibesarkan di tengah keluarga yang hangat, kompak dan sangat dekat satu sama lain. Senang mengobrol, pergi-pergi dan liburan sama-sama, jarang sekali ada konflik. Tapi saya dan adik saya punya gaya interaksi yang berbeda. Dia selalu bisa menikmati manja-manjaan dan peluk-pelukan dengan Almarhum Papa dan Mama, sementara saya merasa aneh kalau Papa dan Mama melakukan itu pada saya, walau dalam hati kecil ada rasa ingin bisa begitu. Adik saya lebih ekspresif mengungkapkan rasa, sementara saya banyak menahan diri. Sebagai anak sulung, sejak kecil saya selalu menuntut diri untuk bertanggung jawab dan protektif terhadap keluarga. Saya merasa harus selalu terlihat kuat, melakukan segala sesuatunya sendiri, dan sebisa mungkin tidak meminta bantuan. Akhirnya, saya jadi orang yang selalu 'jaim' dan tidak hanya di rumah, ini juga saya bawa ke pekerjaan, organisasi, dan aktivitas lain. Saya pun tersadar, bahwa selama ini alam bawah sadar saya menganggap bahwa menerima cinta dan uluran tangan dari orang lain dengan hati terbuka, dari keluarga sendiri sekalipun, akan menjadikan saya orang yang lemah.

Hari ini benteng itupun runtuh. Saat saya sedang menangis berderai-derai, entah mendapat kekuatan dari mana, sakit tulang punggung pun tidak terasa, saya langsung keluar kamar dan mencari Mama. Di kamarnya, saya peluk Mama sambil menangis dan saya katakan padanya bahwa saya sangat berterima kasih atas semua kasih sayang dan cinta tulusnya sejak saya lahir. Saya katakan saya selama ini tidak pernah bisa mengungkapkannya tapi saya sangat mencintai dan menyayanginya. Mama pun menangis, memeluk saya erat dan mengusap-usap punggung saya sambil mengatakan,

"Mama tahu, Mama tahu Teteh sayang Mama. Mama juga sayang sekali sama Teteh dan do'a Mama untuk kebahagiaan dan kesehatan Teteh tidak pernah putus."

Ini adalah momen yang lama saya rindukan tapi entah kenapa sulit sekali saya lakukan. Tidak pernah terbayang bisa terjadi. Hari ini Allah ijinkan untuk terjadi, Alhamdulillah. Setelah shalat maghrib saya lakukan hal yang sama untuk Almarhum Papa. Saya berdoa untuknya, saya berterima kasih atas cinta kasihnya selama ini, dan saya sampaikan betapa saya mencintainya. Terima kasih ya Allah, skenario-Mu memang yang terbaik. Melalui sakitku, ikhtiarku dan berbagai 'tantangan hidup', Engkau sibak begitu banyak hikmah dan pembelajaran, termasuk apa yang terjadi hari ini.

Terima kasih juga untuk para dokter dan semua yang berada di HanaRa, serta teman-teman tersayang atas cinta dan kasih sayang selama ini.

I love you and have a good night rest.

Subhanallah... turut berbahagia teh Rini...
Dari pertama datang ke Bandung saya sudah sampaikan saya melihat Rini yang berbeda dari yang saya kenal di Jakarta...
Begitu banyak cinta yang Allah berikan di sekelilingmu...

Read more

Read Ms. Mayana Story

Ms. Mayana  

Dear Rini, thank you for sharing the touching account. Saya terinspirasi. Saya yakin teman-teman pun demikian.

Mari, kita masing-masing membagikan pengalaman-pengalaman kasih sejati seperti yang dikisahkan Rini. Kasih itu menular. Kasih itu menguatkan. Kasih itu menyembuhkan diri sendiri dan orang lain. Rini hadir di tengah kita for a reason. Ini salah satunya. Puji Tuhan.

Read more

Pak Budiman

Mba Rini... Aku jadi pingin nangis bacanya.

Indah sekali.

Jleb banget untuk aku yang anak sulung juga. Ada berapa nih anak-anak sulung yang "kena" juga. Semoga BERKAH Mba Rini sayang.

I love you so much ❤❤❤

Read more Ms. Indira story

Mba Rini aku nangis bahagia mendengar ceritamu mba, happy for u all, semangat pagi bahagia otewe Bandung... Alhamdulilah3x

Sebagai sesama anak sulung dapat merasakan mba tembok runtuhmu... so sweet so besutiful...

Read more Dr Pandu story

Bahagia ya mba Rin... masih ada mamah dan berkesempatan membuatnya bahagia... alhamdulillah...

Terimakasih untuk sharringnya...

Read more story

Ms. Tati

Saya bersyukur sejak hari Selasa obat penenang dosis pagi dan siang saya tidak minum dan saya tidak berasa gelisah dan tidak berasa sedih... Biasanya tidak pernah absen karena tidak bisa menahan sedih down dan gelisah... Terima kasih Tuhan yang sungguh baik menuntun saya dengan mempertemukan dengan HanaRa

Ms. Christine

Please reload

Ms. Rini Vibrant Words

...Bongkar tembok yg bernama 'I am not good enough' itu RINI

... bongkar tembok yg bernama 'I am not good enough' itu RINI

Alhamdulillah, hari ini Allah ijinkan banyak hal2 luar biasa terjadi. Pembelajaran demi pembelajaran, blessing demi blessing, kebahagiaan demi kebahagiaan.

Sebelum VBC di HanaRa tadi, saya menelpon mertua dan kakak ipar yang sudah beberapa lama tidak saya telpon. Sejak menikah, semua bentuk kontak dengan keluarga suami adalah stresor untuk saya. Karena saya selalu terlalu khawatir akan ada 'kesalahan' terjadi dan saya di judge sebagai menantu dan ipar yang tidak baik. Dan ada sedikit tidak klik saja bisa bikin saya stres berhari-hari. Karena itu saya cenderung kaku dan seadanya, selayaknya menantu wajib menghormati mertua.

Sejak semalam saya mulai gelisah karena tahu pagi nya akan telpon. Saya mulai stres dan membayangkan bagaimana percakapan itu akan berlangsung. Bagaimana kalau dijudge begini, bagaimana kalau ditanya itu. Akhirnya, bangun tidur tadi saya memutuskan untuk VBC mandiri 30 menit. VBC saya awali dengan hati penuh rasa khawatir dan saya akhiri dengan rasa 'saya ikhlas saja, ikut rencananya Allah, nggak expect apa-apa.' Alhamdulillah. Rasanya jauh lebih ringan...

Alhamdulillah. Ternyata percakapan di telpon pagi tadi jauuuh dari sekedar saya nikmati. Yang biasanya kalau telpon tidak pernah lebih lama dari 15 menit tadi menjadi 45 menit yang sangat membahagiakan. Kami banyak tertawa bersama, saya terkaget-kaget sendiri dengan besarnya cinta dan kelembutan yang saya rasakan untuk dan dari mereka, terkaget-kaget sendiri dengan betapa hangatnya kami bergantian cerita tentang keadaan masing-masing, ada hal-hal yang dulu akan saya anggap sensitif tapi tadi terasa ringan-ringan saja, dan yang paling membuat saya terharu, secara terpisah mertua dan ipar saya bilang 'jadi ikut bahagia dengar nada suara dan cerita-ceritanya Rini. Bisa terasa happy nya Rini sampai sini. Dan untuk pertama kalinya, saya merasakan rasa cinta tulus untuk mereka sebagai sesama makhluk Allah, bukan karena saya merasa ada keharusan menjadi menantu yg baik .

Ga ada lagi rasa tidak adil, rasa benci, rasa kesal...
Semua plong... lepas... tembus... ga ada tembok dan batas... pokoknya cuma ada senyum dan bahagia...

Read more Ms. Mayana story...

Please reload

Saya bisa berkeringat lagi ....

Saya bisa berkeringat lagi...

VBC dengan HanaRa 28 tadi luar biasa. Reaksi tubuh lebih kuat dari... yang biasanya. Dengan energi level yang rendah sebelum masuk HanaRa tubuh saya sudah beberapa bulan tidak bisa memproduksi keringat. Sepanas apapun cuacanya. Alhamdulillah, dengan ijinNya tadi tiba-tiba saya mulai berkeringat saat VBC horison tadi. Terima kasih ya Allah. Terima kasih. Saya butuh deodorant lagi, karena sudah bisa berkeringat lagi... (bercanda) 

... sudah lebih happy dapat energy booster... kopi HanaRa

...Sudah lebih happy dapat energy booster... kopi HanaRa

Alhamdulillah
...sudah lebih happy dapat energy booster... setelah rutin minum kopi HanaRa

... energi di organ-organ pencernaan saya mulai naik ...

...Energi di organ-organ pencernaan saya mulai naik...

Minggu lalu saya bangun tidur masih harus dibantu karena sekitar punggung masih sakit di tempat yang berbeda-beda. Minggu ini Alhamdulillah sudah bisa bangun sendiri.


Minggu ini... jalan sudah bisa lebih cepat dan sesak nafas intensitasnya sudah berkurang.


Sepertinya energi di organ-organ pencernaan saya mulai naik karena kemampuan untuk mengolah makanan meningkat. Biasanya 1 porsi makan saya bagi 2 untuk siang dan malam karena badan minta berhenti makan setelah beberapa suap saja. Sekarang Alhamdulillah seporsi makan bisa dihabiskan.
Read more...

HanaRa Well-Being  Instagram
bottom of page